Sudah 6 tahun belakangan ini saya sering diminta memvalidasi instrumen riset dan khususnya 4 tahun memvalidasi kawan-kawan di S3. Pada dasarnya, apapun levelnya, proses memvalidasi instrumen riset itu:
1. Ada consent letter. Ini surat resmi untuk bisa menyatakan kita setuju atau tidak menjadi validator. Komunikasi personal tentu bisa dilakukan. Yang kenal itu mudah. Kadang ada yang beliau kenal saya, sayanya yang ga kenal hehe. Atau kita sama-sama ga kenal. Saya pernah ada yang meminta validasi, mahasiswa sedang PhD di Malaysia, tetap saya bantu karena topiknya sesuai bidang dan menarik.
.
2. Ada kerangka atau bangun teori tentang topik yang ingin diteliti. Contoh, jika ingin meneliti tentang Online Learning, konsep pembelajaran daring, konsep konektivisme (atau konstruktivisme), konsep area keilmuan (misal Bahasa Inggris), dimensi-dimensi OL harus dijabarkan, dibedah, dan dimensi diulas untuk kemudian ditunjukkan mana yang relevan akan dikembangkan dalam instrumen.
.
3. Draft instrumen dibuat untuk dimintakan validasi. Kadang saya bisa langsung setuju, sering ada perbaikan. Ini biasa.
.
4. Ikutlah mendalami topik yang dimintakan validasi. Tanpa sadar, saya juga belajar, meng-update ilmu di kondisi yang berubah sepanjang masa ini.
.
5. Ketika memberi masukan, usahakan to the point, konkrit dengan contoh, dan bersifat konstruktif.
.
6. Objektif.
.
7. Mohonkan waktu yang cukup, karena meski kita ingin membantu, ada agenda-agenda lain yang sudah ada sebelumnya. Tentu yang reasonable. Biasanya 14 hari (2 minggu).
.
8. Jika masih sibuk, harus komunikasikan. Jika tidak bisa, kita sampaikan dengan alasannya, misal kesibukan atau area yang tidak relevan.
.
9. Kadang akan ada proses revisi berulang. Tetap kembali lakukan dengan pertimbangan-pertimbangan di atas. Tujuannya berkualitas, bukan sekedar dapat TTD hehe..
.
Tengs 😁
.
#research #instrument