
Kisah ini terjadi di musim panas lalu ketika saya dan Manik baru saja pindah rumah. Karena kami belum terlalu mengenal daerah baru ini, kami bertanya dengan beberapa tetangga dimana letak pasar dan tempat belanja murah lainnya. Salah seorang tetangga kami, Mas Faisal dan istrinya, Mbak Dede, menyebutkan toko Madina, suatu toko daging halal. Dilihat dari namanya, toko ini menunjukkan ciri timur tengah. Kebetulan memang, daerah tempat kami tinggal yang baru ini banyak dihuni oleh pendatang atau keturunan dari timur tengah, juga Yunani, dan Afrika.
Setelah menyetir sekitar 10 menit, sampailah kami di toko Madina ini. Kami harus mencari parkir terlebih dahulu. Harus hati-hati sekali membaca tanda parkir di Melbourne ini. Jika tidak, ‘surat cinta’ demikian kami memanggilnya, berisi tagihan sejumlah uang denda, akan datang beberapa hari kemudian. Denda disini sangat tinggi dan menurut saya sudah seharusnya demikian, karena akan menimbulkan efek jera. Tidak ada kongkalikong, dan seterusnya. Sekali kena, ya bayar. Memang bisa mengajukan keberatan, namun jarang sekali berhasil. Tapi tentu saja, kalau alasannya benar, pasti akan dipertimbangkan. Saya beberapa kali sudah pernah kena denda, entah parkir, entah ngebut (dibaca lebih sedikit dari 60km/jam haha). Syukur belum pernah kena untuk yang mabuk dan drugs (karena nggak minum dan ngobat :D).
Kembali ke toko tadi. Kami kemudian berjalan menuju toko itu. Ada beberapa orang yang sedang asyik melihat-lihat daging, ditunggui dengan senyum oleh si penjual. Kamipun melihat-lihat daging yang dijual. Ada daging kambing, sapi, ayam. Ada yang sudah dibumbui, ada yang belum. Ada yang sudah dipotong siap untuk dipanggang, atau digoreng, atau dicampur dengan sayur. Ada juga yang sudah dicincang. Lama kami melihat-lihat, namun tidak menemukan daging yang kami cari. Saya dan Manik pun jadi kebingungan. Ia kemudian menyuruh saya bertanya. Saya sudah bersiap untuk bertanya, namun harus menunggu karena si penjual masih melayani orang lain. Ketika sedang antri (budaya yang sangat saya suka) inilah, saya terkesiap! Saya baru ingat, pantas saja daging yang kami cari, yaitu daging babi, tidak ada dipajang karena toko ini toko halal. Kamipun berbalik keluar dari toko itu menuju mobil. Ahh, silly sekali! 🙂
©mhsantosa (2013)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.
Senyum di minggu siang yg hangat 🙂
Senang bisa membuat senyum Bli Andi. Semoga harinya cerah ya Bli 😉
Hery, untung belum bertanya sama penjualnya ya ….. coba kalau sudah 😀
Hehe.. Ya gpp mbak, cuek aja. Cuman ya rasanya konyol ajah, begitulah karena katrok hehe..