Dalam sebuah konferensi pers, Lenny N Rosalin yang merupakan Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak mengatakan bahwa sebuah survey menyatakan sebanyak 99% anak menganggap bahwa gerakan di rumah saja merupakan hal yang sangat penting. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran anak-anak akan bahaya pandemik Covid 19 yang sedang merebak saat ini sangatlah tinggi. Konsekuensi dari gerakan ini adalah semua kegiatan belajar dan mengajar juga harus dilakukan secara jarak jauh.
Namun kegiatan pembelajaran jarak jauh yang lebih di kenal dengan sebutan remote learning, ternyata juga memunculkan berbagai permasalahan yang harus segera dicarikan solusinya. Salah satu permasalahan yang muncul adalah siswa merasa bosan, kesulitan belajar secara online, terlalu banyak tugas, tagihan kuota yang membengkak dan lain sebagainya.
Mengatasi kebosanan siswa dan meningkatkan motivasi belajar selama masa karantina adalah salah satu tugas guru bersama dengan orang tua. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru mengadakan sebuah pembelajaran bermakna yang menyenangkan meskipun tanpa tatap muka.
Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan adalah membuat Digital Reading project. Sebagaimana namanya, Digital Reading adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara online, paperless, dan membutuhkan perangkat elektronik tertentu seperti komputer, tablet ,dan smartphone. Kegiatan pembelajaran ini sangat mungkin dilakukan selama masa karantina karena tidak semua siswa memiliki buku bacaan yang sesuai dengan kriteria yang diberikan. Selain itu, siswa tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan buku untuk dibaca. hanya dengan satu klik saja, pilihan bacaan dapat dengan mudah diakses.
Pak Made Hery Santosa, dosen Universitas Pendidikan Ganesha, membeberkan strategi pembelajaran Digital Reading Project dalam sebuah webinar series yang diselenggarakan oleh iTell Indonesia bekerjasama dengan British Council. Pada dasarnya tujuan membaca baik itu secara offline dengan buku maupun secara digital memiliki tujuan yang sama. Kegiatan membaca tidak melulu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran bahasa, tetapi juga dapat diintegrasikan dengan pelajaran lain.
Di masa stay at home yang sedang berlangsung kerjasama dengan wali murid sangatlah penting. Dalam presentasinya, Pak Hery membagi kegiatan membaca menjadi 3 bagian yaitu before (preactivity), during activity, dan yang terkhir akhir (post activity).
Sumber: Presentasi Bapak Made Hery Santosa
Before (Pre Activity) Stage
Sebelum kegiatan membaca dilakukan, hal- hal yang perlu dilakukan adalah pengenalan judul buku yang akan dibaca. Mendiskusikan ilustrasi yang ada pada sampul buku atau halaman awal buku. gambar ala saja yang ada di sana, warna yang dominan apa, dan lain sebagainya. Siswa juga dapat diajak untuk memprediksi kejadian yang mungkin terjadi di dalam buku berdasarkan gambar atau judulnya. Dan yang tak kalah penting adalah mengenalkan pada siswa elemen penting dari sebuah buku yaitu nama penulis, ilustrator, penerbit, daftar isi, dan lain sebagainya.
During Activity Stage
Pada tahap ini guru dapat mengajarkan membaca dengan ekspresi, mengajak siswa mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan atau kejadian apa yang terjadi berdasarkan cerita yang sedang dibaca. Jika ada poin penting yang ingin digaris bawahi, guru dapat menggunakan pointer. Supaya siswa aktif, guru dapat memotivasi siswa untuk melakukan reading along.
After (Post-activity) Stage
Di akhir proses pembelajaran membaca, guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan baik yang terbuka maupun tertutup untuk melihat pemahaman siswa terhadap bacaan. Supaya kegiatan semakin bermakna dan meninggalkan kesan pada siswa, sangat penting untuk memberikan post activity disesuaikan dengan levelnya. Variasi kegiatan yang dapat dilakukan adala note-taking, drawing, membuat peta pemikiran (Mind Mapping), membuat laporan, menceritakan kembali, membuat komik, membuat infografis, atau menulis cerita sendiri.
Bagaimana melakukan kegiatan ini jika guru dan murid tidak dapat bertatap muka? Sangat bisa dilakukan dengan bantuan teknologi yang sudah berkembang sangat pesat. Banyak aplikasi baik yang syncronous maupun yang asyncronous mendukung pembelajaran yang dilakukan. Aplikasi syncronous misalnya Zoom, Google meet, Whatsapp video call, webex, dan lain sebagainya. Aplikasi lain yang dapat digunakan guru untuk memotivasi siswa mengutarakan idenya, kesimpulan dan lain sebagainya adalah paddlet, google classroom, flipgrid, dan banyak lagi.
Bagaimana jika siswa tidak memiliki akses pada aplikasi-aplikasi tersebut? Apakah kegiatan ini menjadi tidak mungkin dilakukan? Tentu tidak. Kegiatan Digital Reading masih sangat mungkin dilakukan dengan bantuan orang tua. Guru membuat panduan yang lengkap apa saja yang harus dibahas, apa saja fokus bacaan, elemen bacaan seperti karakter, setting, plot, pesan moral dan lain sebagainya sehingga memudahkan orang tua membantu putra-putrinya. Post activity yang berbentuk produk juga tidak harus menggunakan high-tech apps dengan paper and pen kemudian difoto dan dikirimkan ke guru pun bisa dilakukan.
Untuk memperoleh buku bacaan digital (digital story) sangat mudah. Guru dapat browse di internet untuk mencari website-website yang menyediakan ebook atau dari platform/aplikasi membaca yang sudah banyak tersedia. Yang perlu diingat adalah pemilihan buku bacaan wajib disesuaikan dengan usia siswa. Guru harus benar-benar mengetahui kandungan buku seperti pilihan kata, kontennya, gambar ilustrasinya, dan lain sebagainya sudag sesuai dengan tujuan pengajaran dan level siswa yang diajar. Berikut ini beberapa website dan platform membaca yang dapat digunakan sebagai sumbet bacaan:
- Oxford Owl
- Storyline Online
- International Children’s Digital Library
- Open Library
- Amazon’s Free Kids Ebooks
- Barnes & Noble Free Nook Books for Kids
- Mrs. P’s Magic Library
- Ipusnas
- iJak
- ebookanak.com
- Dan masih banyak lagi
Poin-poin penting yang di-higlight oleh Pak Hery dalam presentasinya adalah bukan aplikasi yang digunakan, melainkan tujuan apa yang ingin dicapai, strategi apa yang akan digunakan, baru menentukan aplikasi apa yang memungkinkan untuk digunakan. Pemilihan aplikasi atau produk akhir yang ingin dihasilkan juga harus memperhatikan kesiapan dan kenyamanan siswa, kemudahan akses, dan efektifitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tidak perlu bingung bagaimana membuat siswa tetap belajar selama karantina. Tetap semangat dan terus belajar adalah kunci yang harus selalu dikejar. Gencarnya teknologi pembelajaran jangan sampai membuat guru khawatir akan tergantikan. Karena ruh seorang guru tak akan tergantikan oleh teknologi. Tetapi, di tangan guru yang hebat, teknologi dapat menjadi alat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Note: This is a reblog from Bu Nita. The original post is here. Thank you Bu Nita for writing the piece ^^
@mhsantosa (2020)