Arti Sebuah Nama (Bagian Dua)

CamTesol 2017-Hery-FeaturedSpeaker

HO CHI MINH, NOVEMBER 2012
Saya sedang menunggu giliran untuk masuk ke sebuah ruangan presentasi. Beberapa orang berwajah Vietnam bertanya nama saya. Ketika saya tunjukkan name tag, mereka langsung bilang, “Aha Sentosa, from Singapore?” Ketika saya bilang saya dari Bali, mereka heran.

MELBOURNE, APRIL 2013
Saya sedang berdiri berbaris menunggu giliran. Di depan saya, ada banyak orang dari berbagai bangsa. Persis di depan saya, nama keluarganya adalah Gonzalez. Mungkin ia dari Meksiko atau Amerika latin. Di belakang saya, berakhiran Candragupta. Ia sangat mungkin dari India atau Asia selatan. Ketika nama saya dipanggil untuk menerima Golden Key Award, saya tak heran ketika si pewara mulai dengan /Meid Harry Santousa/.

SEATTLE, MARET 2017
Ventos, teman saya dari Timor-timur sangat tersiksa karena tidak bisa bertemu nasi ketika kami menginap di hotel Warwick. Ia adalah satu-satunya yang saya bisa ajak berbahasa Indonesia. Sisanya, saya harus berbahasa Inggris karena pesertanya dari 42 negara di dunia, bahkan Gaza atau Mali. Ia saya ajak mencari convenience store untuk membeli sereal, susu, dan buah. Meski belum terbiasa, ia mencobanya. Untungnya dengan aplikasi, ada restoran Thailand dekat tempat kegiatan kami, jadi ia saya ajak kesana dan ia mengatakan baru bisa makan enak. Saya juga, bukan karena harus nasi, namun semata-mata kangen makanan dari negeri gajah ini. Ketika besoknya saya ajak makan di restoran Jepang, ia sudah bisa tersenyum, sambil berkata, “Thanks, terima kasih Harry.”

PHNOM PENH, FEBRUARI 2017
Saat menerima buku program kegiatan, saya melihat-lihat pembicara-pembicara yang ada. Beberapa diantaranya adalah kawan-kawan baik di regional Asia Tenggara atau Internasional. Saya tersenyum tak kaget, ketika masuk pada bagian pembicara kunci kegiatan Internasional ini dan menemukan nama Sentosa disana.

EPILOG
Sebelumnya, saya menulis Arti Sebuah Nama dengan menekankan bahwa ia adalah keunikan yang harus dibarengi dengan karya dan kontribusi nyata, tak peduli seberapa kecilpun itu. Selain itu, kita sudah seharusnya semakin matang dan menerima bahwa apapun yang dipersepsikan, kita harus rendah hati menunduk ke bumi menerimanya 🙂

@mhsantosa

Circle me @ +Made Hery Santosa

©mhsantosa (2017)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s