
Aku terkejut melihat ban belakang sepedaku kempes beberapa hari yang lalu. Aku baru menyadarinya ketika aku menyiapkan buku-buku dan keperluan lainnya untuk dibawa esoknya. Aku tahu ban itu sudah agak kempes beberapa hari sebelumnya namun aku belum sempat memompanya.
Karena aku perlu, aku harus segera memperbaikinya. Pengalamanku memberitahu kalau di tempat ini orang cenderung mandiri ketika mengerjakan hal-hal seperti ini. Penyebabnya mungkin karena biaya alat dan upah pekerja yang mahal atau memang ‘budaya’ mandiri itu. Sesuatu yang aku sangat setuju bisa dilakukan di tempat asalku. Aku ingat, ketika membeli sepeda pertama kali, aku harus merakit sendiri sepeda itu. Meski, itu tidak susah. Begitu juga ketika berurusan dengan kendaraan lain, entah roda dua, atau umumnya roda empat.
Kembali ke ban ini, aku kemudian mencoba memompanya. Namun, seperti aku bayangkan, ban itu kembali kempes dengan cepat. Bisa dipastikan bahwa ada bagian yang bocor. Biasanya, aku selalu lakukan sendiri, tapi karena aku ada pekerjaan lain juga kehabisan alat untuk menambal, aku putuskan untuk membawanya ke toko sepeda terdekat.
Esok paginya, aku tuntun sepedaku berjalan di pagi yang dingin. Nafas yang beruap adalah ciri khas musim dingin kali ini, yang aku suka lakukan. Sesampainya di toko sepeda, aku langsung memberitahu kondisi sepedaku. Seorang anak yang cukup muda, yang aku pikir adalah salah satu pegawai toko inipun menyatakan siap. Ia juga langsung memberitahu harga ban dan ongkos pasang yang cukup mahal jika dirupiahkan. Namun, aku iyakan saja kali ini, karena memang aku memerlukannya. Awalnya, aku berencana menaruh saja dan akan aku ambil ketika aku pulang namun, karena ia bilang akan selesai dalam 10 menit, akupun menunggunya. Sambil bekerja, kami ngobrol hal-hal ringan.
Setelah selesai, ia kemudian memompa ban sepedaku. Aku terkejut ketika ia menunjukkan satu bagian ban luar yang robek dan berbahaya jika aku tetap kendarai. Aku tanya harga ban luar untuk sepedaku, ternyata harganya juga membuatku mengeryitkan dahi. Namun pantas. Aku iyakan, dan semua dipasang kembali dengan cepat. Akupun membayar ongkos perbaikan itu. Ternyata, ongkos perbaikan ban belakang saja, sudah hampir seharga sepedanya (catatan: sepeda secondhand dari belanja online). Cukup menarik.
Tidak heran jika ketrampilan orang memang sangat dihargai pantas. Tidak aneh juga, mengingat hampir semua komponen tersedia, orang kemudian lebih cenderung memilih untuk mengerjakan hal-hal yang masih bisa dikerjakan sendiri. Logis dan harus selalu dikedepankan.