“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang” (R.A. Kartini)

Kartini dikenal sebagai simbol perlawanan untuk kebebasan menuntut ilmu bagi semua kalangan, baik tua – muda, rakyat biasa – bangsawan, dan utamanya, laki-laki – perempuan. Karya-karyanya dikumpulkan oleh J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama dan Industri kala itu dengan judul Door Duisternis tot Licht (Out of Dark Comes Light/Habis Gelap Terbitlah Terang) dan diterbitkan pada tahun 1911. Buku ini, yang merupakan kumpulan surat-surat kepada teman-temannya di Belanda, sangatlah inspiratif, dinilai sebagai bentuk perlawanan intelektual akan kesetaraan emansipasi. Atas perjuangannya, pada tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan bahwa setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Lebih lanjut tentang Kartini, bisa dibaca disini.

***

Hari ini, bertepatan dengan hari lahir R.A. Kartini 113 tahun lalu, saya berada di dalam bis yang akan membawa menuju tempat saya menuntut ilmu. Jalanan mulai tampak memerah karena daun-daun maple sudah mulai berubah warna. Meski seharusnya mulai dingin, namun hari ini saya berlimpah cahaya matahari. Sambil menanti bis selanjutnya, jemari ini asyik mengetik di keypad smartphone yang setia menemani langkah saya. Rupanya, banyak hal yang menarik yang semestinya bisa terangkum, yang menarik sebagai bahan kontemplasi. Jemari ini akan terus berusaha menuliskan koneksi-koneksi pikiran di benak saya sembari berharap banyak Kartini penyala muncul, memberi bait-bait inspiratif; menari gemulai; berputar lincah di panggung kehidupan.

Saya memang ‘Kartono’, tapi saya bersyukur tetap diberi kesempatan memperdalam dan memperluas ilmu – baik yang langsung berhubungan dengan bidang saya maupun tidak.

“Selamat Hari Kartini. Mari selalu mengasah inkuiri.”

@mhsantosa

Circle me @ +Made Hery Santosa

©mhsantosa (2011)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.