Di kereta ini, aku tertegun pandangi coretan-coretan mural di bagian belakang bangunan-bangunan di sepanjang jalur kereta ini. Entah itu karya seni atau malah bentuk vandalisme, aku kurang pasti. Sangat unik, karena rasanya hampir di sepanjang jalur kereta, jalur manapun, akan ada pemandangan ini. Pernah aku lihat sekelompok anak muda dengan asiknya menggambari rolling door sebuah toko di dekat stasiun kereta. Aku tidak tahu, apakah mereka sedang praktek sehubungan dengan studi mereka atau hanya iseng belaka. Namun, mereka tampaknya lumayan cekatan dan tampak tahu apa yang dilakukan; profesional.
Menurutku secara umum, hampir semua gambar-gambar mural ini memiliki karakter tegak lurus atau bulat-bulat besar – jika huruf. Jika dibandingkan, mirip gambar-gambar kartun versi Amerika, tegas, kaku, kotak-kotak. Bukan seperti karya-karya orang-orang Jepang, misalnya, yang penuh ‘lekukan’, termasuk plot ceritanya. Atau, jika berupa gambar, entah wajah atau bukan, penuh rasa dan warna abstrak. Meski demikian,merupakan pemandangan umum di sepanjang jalur kereta, mural bisa terlihat sambung menyambung. Kadang, aku tak habis pikir, bagaimana mereka menggambar di sepanjang jalur kereta atau bahkan di bagian-bagian atas bangunan yang tinggi dan susah dijangkau. Sangat penuh usaha rasanya. Patut ditiru rasanya usaha itu, tentu untuk sesuatu yang lebih positif.
Ah sudahlah, karya mereka juga tetap karya, buah kreasi pikir mereka. Namun, adakah sisi kritis didalamnya? Mungkin saja. Jika iya, itu akan menjadi kemampuan berpikir yang lengkap.
“Mencari air laut di gerimis kali ini untuk menyucikan hati. Buah hati akan mencari jati diri.”
One thought on “Mural”