Cerita Pendidikan Abad 21 dari Lampura

Kegiatan Geliat Literasi ini adalah inisiatif yang baik sekali. Ketika saya menerima undangan ini, saya langsung tertarik. Kegiatan yang saya bagikan adalah mengenai Critical Thinking and Problem Solving dan Digital Literacy. Kegiatan ini sudah saya jalankan selama hampir 4 tahun untuk guru-guru dan kepala sekolah seluruh Indonesia. Materi CTPS dan Digital Literacy ini adalah sebagian kecil dari keseluruhan paket materi mengenai Keterampilan Inti atau Keterampilan yang diperlukan di abad 21 saat ini, bukan hanya untuk anak-anak kita semua sebagai bagian masa depan negeri namun juga harus dimiliki oleh guru-gurunya sebelum menumbuhkan anak didiknya.

Kegiatan pelatihan ini sebenarnya dirancang dalam bentuk lokakarya dalam skema waktu berbeda dengan penerapan memadai. Ada dua hari Pengenalan keseluruhan keterampilan inti. Kemudian, ada tiga hari pelatihan mendalam atau intensif mengenai satu keterampilan inti, 10 minggu penerapan di sekolah atau konteks masing-masing, dan satu hari pertemuan refleksi penerapan kegiatan selama 10 minggu tersebut dengan penambahan materi terkait. Sehingga, pelatihan ini memerlukan upaya yang serius, mendalam, dan kontekstual. Karena saya diminta memampatkannya dalam waktu satu hari (satu kali pertemuan; 8 jam), konsep-konsep didesain dalam bentuk penerapan langkah-langkah belajar konkrit agar konsep-konsep besar dan mungkin abstrak ini bisa lebih membumi dan dipahami juga disesuaikan dengan konteks masing-masing.

Kegiatan berjalan dengan 135 guru peserta. Peserta awalnya diajak membuat kesepakatan bersama mengenai jalannya kegiatan, seperti tanda tepuk tangan untuk konsentrasi dan prinsip saling menghargai; jika ada yang berbicara agar menyimak dengan baik. Peserta kemudian menonton video tentang mulai banyaknya robot-robot yang menggantikan manusia dalam pekerjaan-pekerjaannya. Hal ini dilakukan untuk membuka wawasan dan menyadarkan apa yang terjadi di dunia luar sana, khususnya pada Pendidikan global saat ini. Peserta kemudian berdiskusi dan diskusi seperti ini bervariasi (berpasangan, grup kecil, grup besar, memberi tanggapan, berargumen, dan seterusnya) dengan jumlah yang banyak. Peserta kemudian diberi model pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran bagaimana menerapkan dan membumikan CTPS dan DL ke dalam pembelajaran di kelas masing-masing. Aktivitas berdiskusi, melihat dari beragam sudut pandang, mengevaluasi bukti-bukti, memecahkan masalah dengan cara-cara non rutin dan melihat sesuatu yang tidak kelihatan menjadi fokus pelatihan ini. Beragam konsep, video contoh, dan aktivitas santai namun menyenangkan dilakukan. Misalnya, menonton video dengan peran berbeda-beda (pendayung perahu plastik, masyarakat, LSM, dan pejabat), mendesain dompet idaman, melihat gambar ilusi, mendengar cerita tentang pencari harta karun dan raja bengis menjadi fokus kegiatan dan dilakukan dengan mendalam sekali.

Konsep-konsep ilmiah disisipkan di sela kegiatan atau contoh aktivitas untuk memberi penekanan konsep. Misalnya, Taksonomi Bloom, Stigma, Propanganda, Fakta dan Opini, dan seterusnya dikemas dalam cerita atau contoh konkrit sederhana agar memudahkan namun melekat terus. Praktek dan refleksi pada konteks masing-masing selalu dilakukan untuk memberi ruang bagi peserta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing yang sangat beragam bahkan berbeda dari tempat lain. Secara perlahan dan sabra peserta diajak untuk berkreasi, mendesain, dan berpikir kritis pada aktivitas pembelajaran yang diberikan. Pemanfaatan fitur digital, mulai dari google informasi sederhana sampai mendesain poster menggunakan aplikasi dan mengunggah ke aplikasi lain diberikan. Pelan-pelan dan berulang, disesuaikan dengan konteks peserta. Menariknya, peserta lain membantu saya karena tidak mungkin bisa mengakomodasi maksimal 135 peserta secara sekaligus. Di akhir aktivitas, peserta diajak menyiapkan rencana pembelajaran dengan meyisipkan konsep CTPS dan DL yang paling mungkin dilakukan di kelas masing-masing yang paling dekat. Mulai dengan menyiapkan topik, memikirkan media relevan, menegaskan kembali tujuan atau hal apa yang ingin ditekankan atau diajarkan, membuat detil alngkah-langkah pembelajarannya, evaluasinya, dan rencana selanjutnya, bahkan yang lebih besar. Harapan saya sederhana, aka nada perubahan baik dari individu guru terhadap perubahan paradigma Pendidikan dan pedagoginya (cara mendidik). Peserta diingatkan agar tidak terlalu bersemangat atau bahkan pesimis terlebih dahulu karena kendala-kendala yang sudah ada di depan mata. Namun, dengan tetap menekankan pada prinsip-prinsip dasar CTPS dan DL, bagaimanapun situasinya di tempat masing-masing, pembelajaran tetap bisa terjadi, dengan lebih memberi ruang-ruang berpikir pada siswa dan bukan hanya sekedar menuntaskan materi dengan mencari skor atau ranking saja namun tidak mendalam dan berkualitas.

Foto-foto kegiatan bisa dilihat sebagai berikut.

Semoga apa yang saya berikan bisa bermanfaat. Tidak perlu merubah dunia, cukup satu orang saja. Sederhana, kecil, berkelanjutan, dan berdampak positif.

@mhsantosa (2109)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s