Saya melihat seorang anak muda yang pendiam di sudut kelas. Namanya Wisnu. Ketika itu, kami belajar Scientific Writing, sebuah kelas yang belajar menulis akademik, seperti artikel, buku, dan lainnya. Kami semua mencoba membedah isi buku Bailey tentang bagaimana menulis di konteks akademik yang benar dan baik dalam konteks internasional. Menulis akademik adalah tantangan bagi kultur tutur kita.

Perlahan, saya melihat proses bertumbuh Wisnu. Dari pola pikirnya, dari perspektifnya terhadap dunia, dari karakternya, dari kemampuan akademiknya. Beberapa kali mencoba untuk mendapat beasiswa luar negeri, namun jalan saat ini memutuskan lain. Ia memutuskan mendapat beasiswa dari Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta. Wisnu tak lupa meminta masukan dan doa. Saya bangga ketika ia kemudian diterima di Pasca Sarjana di salah satu Universitas dalam negeri terbaik.

Saya percaya, proses tumbuh tiap orang berbeda-beda. Dan ia tidak bisa memaksakan atau dipaksakan. Ada kala kita harus merantau dulu untuk tumbuh. Ada kala kita harus menantang deru ombak ganas atau menerobos lebatnya hutan dan buka jalur di jalur jurang gunung berapi. Seperti pedang, jika kita ingin tajam dan berkilau, kita harus berani dicelupkan ke panas bara dan dipukul-pukul. Namun, prestasi, keunggulan, status, dan nilai tidaklah akan berarti jika tidak dikawal oleh karakter-karakter kebaikan, seperti kejujuran, integritas, rasa hormat, kerendahan hati, keadilan, dan lainnya yang sejenis.

Selamat Wisnu sudah berhasil menjadi Ketua KMHD Pasca Sarjana UGM, semoga menjadi perpanjangan tangan kebaikan.

*Video Testimoni untuk Wisnu.

@mhsantosa

Circle me @ +Made Hery Santosa

©mhsantosa (2017)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.