Belajar Menjadi Penduduk Dunia

Saya berjalan menuju lobi hotel untuk menyelesaikan urusan pindah kamar di hotel yang saya inapi sejak semalam kemarin. Setelah selesai, saya menuju ruangan tempat kegiatan. Saya diundang oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri untuk berbagi dengan adik-adik tutor dalam program English Massive (EMAS). Melalui Bu Arnie, teman yang bertemu dengan saya di kegiatan Keynote di Universitas Negeri Malang (UM) sebelumnya, beliau menawarkan kepada saya untuk membagikan pengetahuan dan ilmu untuk para tutor EMAS update, metode, strategi, dan inovasi untuk para tutor bisa meningkatkan kapasitasnya ketika mengajar.

Program EMAS yang saya lihat bagus sekali. Ia mengakomodasi lulusan-lulusan terbaik yang memiliki passion untuk mengedukasi anak-anak di tingkat RT RW di kota Kediri di berbagai jenjang pendidikan. Setiap kelompok belajar terdiri dari minimal 10 orang peserta dari RT RW tersebut. Satu kelompok belajar akan diajar oleh satu tutor yang sudah diseleksi sebelumnya. Para tutor dihargai menggunakan dana Pemkot dan perhitungannya sudah berdasarkan kajian matang. Ini program yang brilian dalam pandangan saya. Pemkot melalui Diknas mengakomodasi potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas daerahnya. Meski demikian, para Master Tutors (sebutan untuk pendamping dan penyelia Tutor) merasa perlu adanya penyegaran dan utamanya peningkatan kapasitas para tutor.

Di tahun kedua ini, para tutor agar dibekali berbagai strategi inovasi pembelajaran, khususnya pada keterampilan berbicara. Dibuka oleh Ibu Titik, sekretaris Diknas, kegiatan kemudian dimulai. Saya memberikan beberapa konsep dasar pembelajaran bahasa Inggris mulai dari teori belajar bahasa, metode, teknik, dan pandangan-pandangan terbaru dalam konteks pembelajaran keterampilan berbicara. Lima puluh tutor saya ajak untuk berbagi situasi kondisi riil di lapangan, khususnya pada isu dan masalah yang mereka hadapi. Awal-awal, mereka sepertinya masih belum mau mengungkapkan, namun setelah diberi kesempatan bercerita dengan teman-temannya dan didampingi barulah banyak hal bisa digali.

Satu hal menarik dan penting yang saya lihat adalah kelompok belajar ini sifatnya non-formal. Jadi memotivasi peserta menjadi penting. Berbagai tips pembelajaran menyenangkan di konteks bahasa Inggris dan khususnya keterampilan berbicara dibagikan dan didiskusikan. Pemanfaatan games dan beragam pendekatan saya bagikan. Saya juga mengajak mereka berbagi apa yang sudah dilakukan. Selain games, video dan lagu juga ada diberikan. Bahkan kami semua bergoyang Baby Shark! Hehe…

Isu penting kedua yang saya bisa cermati adalah peserta belajar yang beragam dalam satu kelompok. Karena ia non-formal dan sifatnya gratis (sukarela, bagi peserta), yang terlibat bisa dari berbagai jenjang di wilayah tersebut. Karenanya, satu kegiatan belajar bisa terdiri dari anak SD, SMP, SMA, bahkan yang belum sempat belajar sebelumnya namun sudah harus bekerja. Para tutor saya ajak berbagi konsep “Differentiated Instruction” untuk mengatasi ini. Sederhananya, pembelajaran berbasis diferensiasi adalah mengakomodasi keberagaman pada input, konteks, dan output. Tidak mudah harus diakui. Sebelumnya, saya pernah membawakan paper ini sebagai Featured Speaker di CamTESOL 2017 di Phnom Penh dan saya hanya bisa melakukan diferensiasi pada aspek output saja. Apapun itu, strategi pembelajaran bisa eclectic (bercampur) sesuai situasi dan kondisi saat itu.

Tidak terasa, semua adik-adik tutor sudah berbagi bersama, dan memahami situasi kondisi masing-masing. Ada yang mencoba merefleksi diri, apakah ia bisa atau ingin merevisi atau malah tidak lanjut lagi. Apapun itu, untuk menjadi penduduk dunia memang diperlukan kesadaran tinggi terlebih dahulu dan kemudian upaya-upaya konkrit produktif untuk mewujudkannya. Dengan program ini, saya yakin visi mewujudkan Kota Berbahasa Inggris dari Pemkot Kediri bisa menjadi nyata. Dengan catatan, ia didukung oleh seluruh pihak yang berkompeten dan berintegritas sungguh-sungguh. Berdampingan dengan Kampung Inggris di Pare, suasana ‘Inggris’ (bahasa dan visi menjadi bagian penduduk dunia) akan bisa terwujud. Dengan tidak melupakan karakter akar lokal, perspektif para tutor, master tutor, adik-adik peserta, dan stakeholders akan lebih luas dan semua pihak bisa lebih siap berkolaborasi – bukan berkompetisi – di tingkat yang lebih tinggi. Doa tulus saya menyertai.

@mhsantosa

Circle me @ +Made Hery Santosa

©mhsantosa (2017)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s