Happy birthday Leo! Tak terasa, Leo sudah berumur satu tahun hari ini. Saya ingat, dua hari sebelumnya di tahun lalu itu saya masih harus berkunjung ke desa Selemadeg, Tabanan bersama sahabat-sahabat Bali Edukasi untuk berbagi dengan adik-adik di seluruh sekolah dasar di desa tersebut. Hari yang bersejarah juga karena ini adalah kegiatan menginspirasi pertama yang dilakukan. Manik harus stay di rumah berjaga-jaga menyambut kelahiran anak kami.
Kalau dipikir-pikir, hal ini mirip dengan ketika kakak Leo, Rachela, akan lahir. Saat itu kami masih di Melbourne dan menurut dokter, due date kelahiran Rachela adalah tanggal 15 September 2010. Namun, saya memberanikan diri berkegiatan lain dengan keyakinan Rachela belum akan lahir. Benar saja, sang kakak baru menyapa kami seminggu kemudian.
Saya bersyukur bisa menemani Leo di hari ulang tahunnya yang pertama ini. Ini spesial menurut saya karena menilik perjalanan dengan kakaknya, Rachela, saya terpaksa tidak bisa menemani ulang tahunnya yang pertama karena kami harus berpisah dua benua. Saya masih harus menuntut ilmu di benua kangguru sedangkan Manik dan Rachela pulang ke Bali. Saya bersyukur sekarang saya bisa ada di sisi tulip-tulip cantik ini sekarang.
Saat ini, selain para tulip, saya bisa ada disisi Leo, si pencium bumi. Adalah kebahagiaan saya pikir yang cukup, tidak bisa dikalahkan oleh prestasi atau perjalanan ke benua manapun rasanya ketika saya bisa bersama-sama seluruh keluarga berkumpul bersama di hari ulang tahun Leo. Saya paham, perspektif kolektivisme ada disini, namun ini penting dalam konteksnya yang relevan.
Berbeda dengan Rachela yang baru masuk di The Women’s Hospital jam 3 pagi, Leo lahir pukul 2.30 pagi di Parama Sidhi, di sebuah rumah sakit di Singaraja. Saat itu, kami sudah jauh lebih mengerti dan siap. Meski beberapa hal berbeda dari pengalaman kami memiliki anak di Melbourne, kami menyesuaikannya dengan kondisi saja. Proses kelahiran menurut saya termasuk cukup lancar. Saya tahu Manik mengalami kesakitan luar biasa, namun saya bertekad bahkan sejak Rachela, bahwa saya ada disampingnya, selalu. Saya bisa melihat bagaimana perjuangan itu. Saya harus hadir.
Waktu yang diperlukan juga tidak selama proses kelahiran kakaknya. Sayang, kakeknya (ayah saya) lagi-lagi tidak bisa menemani. Jika waktu kelahiran sang kakak kami memang terpisah benua, kali ini, sang kakek sedang di desa. Namun, ninik (ibu dari Manik) bisa menemani kami. Saya pikir, semua sudah berperan pada kapasitasnya masing-masing dan memberikan bantuan yang tak terhingga, bahkan sampai saat ini.
Dalam proses kehamilan, ketika itu saya juga cukup sibuk karena diminta menjadi Ketua Jurusan Antar Waktu di tempat kerja saya. Selama satu tahun itu, saya banyak mencoba bekerja, berinovasi, mencari solusi akan banyak isu yang muncul di level tersebut, mengundang banyak pemberi inspirasi, kerjasama, bergelut dengan administrasi dan birokrasi. Saya cukup realistis kemudian bahwa ketika Leo lahir, saya harus hadir. Sebagai ayah, saya harus ada menemani pertumbuhan anak-anak saya. Selain itu, saya usahakan menulis setiap tahun atau momen penting buat Rachela dan Leo. Kakaknya sudah berusia hamper enam tahun. Lima tahun sebelumnya sudah saya rekam dalam tulisan-tulisan (misal baru lahir, umur satu tahun, umur dua tahun, umur tiga tahun, empat tahun, dan lima tahun). Saya memulainya dengan Leo juga. Pertama kali ketika ia lahir. Manik memiliki cara sendiri yang saya pikir sangat brilian. Pada saatnya nanti.
Leo baru saja berumur satu tahun. Perjalanannya masih panjang. Demikian pula, perjalanan kami semua. Teriring juga perjalanan Bali Edukasi, Pejuang Beasiswa Bali, dan wadah-wadah lain yang yang saya kelola, dirikan, atau ikuti baru ‘lahir’ bersamaan si pencium bumi. Termasuk yang lain yang akan ada. Saya bahagia, tak perlu dengan banyak privilege macam jabatan dan seterusnya. Dalam hidup, saya pikir hal paling sederhana adalah kebahagiaan. Sekali lagi, have a blast birthday boy, be awesome!
3 thoughts on “Satu Tahun Leonardo: Be Awesome!”