Sebagai orang yang terbiasa berpikir logis, saya tidak serta merta menghilangkan yang namanya perasaan (baca: intuisi). Ada momen-momen rekonstruksi secara sosial yang bisa dan biasa saya lakukan yang kemudian bisa membentuk urutan logis suatu peristiwa. Sampai akhirnya, benar tidaknya tergantung pada pembuktiannya saja.
Memang tidak selalu intuisi itu benar. Namanya juga sesuatu yang kita rasa. Artinya, itu sangat berdasar pada sensitivitas dan perspektif. Hal ini kemudian tentu bisa menjadi bias. Terutama jika kita tak biasa melatih berpikir seimbang.
Maksudnya begini. Yang namanya feeling yang apalagi berdasar sensitivitas dan perspektif tadi cenderung bersifat subyektif karena didasarkan oleh pengalaman pribadi dan interpretasinya sangat mungkin personal. Namun, untungnya hal ini bisa dihindari atau diminimalisir dengan kemampuan rekonstruksi berpikir logis analitis dan kematangan.
Untuk bisa melakukan itu, saya percaya kemampuan orang beda-beda. Kebiasaan membaca menjadi penting untuk ini. Untuk bisa mampu logis analitis, kemampuan menyusun fakta-fakta secara acak itu penting. Eksplorasi kemudian segala yang berkaitan dan beri pointer-pointer. Dengan sedikit sentuhan magic – bahasa saya – segalanya akan terpaparkan dengan apa adanya. Bisa benar, sedikit salah, sedikit benar, atau salah. In the end, hanya kita yang paling bisa tau apa langkah selanjutnya. Trust your intuition!
@mhsantosa
Circle me @ +Made Hery Santosa
©mhsantosa (2016)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.