Saya masuk ke dalam antrian menuju sebuah pub and restoran bernama Tramway di Rae street, Fitzroy North, Melbourne. Tiap akhir pekan, kawasan ini selalu ramai, oleh anak-anak tua muda berdandan necis dan seksi. Saya dan kawan dari Saudi dan Vietnam memutuskan untuk mengunjungi klub ini karena katanya selalu ramai. Setelah memarkir mobil, kami berjalan menuju tempat ini.
Di sepanjang jalan banyak orang keluar menuju tempat favorit masing-masing. Meski cuaca malam ini dingin karena sedang musim dingin, banyak orang rupanya ingin menikmati malam. Dapat dimaklumi, setelah bekerja keras selama seminggu, banyak ingin refereshing di akhir pekan. Rombongan kami sendiri bukanlah pekerja kantoran tipe mereka. Kami hanya mahasiswa peneliti yang juga lelah berkutat dengan bacaan dan tulisan di kantor masing-masing.
Sebelumnya, kami menuju Seven Eleven, sebuah Convenience Store 24 jam yang tersebar dimana-mana yang menjual berbagai kebutuhan. Medo, sahabat saya dari Saudi, mengambil uang di ATM di toko tersebut. Kalaupun tak ada ATM, kita selalu bisa ‘cash out’: menarik uang cash langsung dari kasirnya. Dang, kawan saya dari Saigon, membeli permen. Kami kemudian masuk ke dalam pub yang sekaligus restoran ini.
Kami menuju meja di pojok. Hari masih belum larut sehingga kami beruntung mendapat meja kosong. Setengah jam lagi, tempat ini akan ramai dan akan sulit mendapat tempat yang nyaman. Kami melihat daftar menu dan mencoba memilih yang paling nikmat. Wajar, selama seminggu biasanya kami berkutat dengan riset, dengan makanan ‘anak kos’ (baca dari sandwich, masakan hari Minggu lalu atau makanan gratis acara kampus). Jadi akhir minggu adalah waktu kami mentraktir diri sendiri atau kawan-kawan sambil menikmati malam.
Restoran ini memiliki makanan khasnya, yaitu Tramway burger. Makanan ini beda dari burger biasanya. Tebal rotinya dengan daging patty yang besar pula, dimasak matang. Ada wedges dan salad disampingnya. Seperti biasa, ada tusukan besar menembus burger agar tidak berantakan. Untuk minum, kami termasuk yang ingin mencoba. Biasanya yang beralkohol. Jujur, awal saya belum pernah (berani) minum yang begini. Karena pandangan orang, larangan agama, takut ketagihan, dan seterusnya. Namun saya berpikir ke depan. Dengan network banyak dan beragam, saya harus mampu beradaptasi di situasi manapun.
Kawan saya dari Vietnam cukup biasa dengan aktivitas seperti ini. Pengalaman saya di Saigon (sekarang Ho Chi Minh), membenarkan kebiasaan mereka yang merayakan sesuatu dengan cara makan dan minum, setidaknya, bir.
Kawan saya yang Saudi lain lagi. Dari sudut pandang agama (sebenarnya semua agama berpandangan sama tentang hal ini), mereka sudah jelas juga dilarang. Sayapun mengerti ini dan tak mau memaksakan. Mereka juga tak mempersoalkan. Ini unik dan enaknya hidup di konteks heterogen. Perspektif kita jadi beragam dan kita biasa beradaptasi dengan perubahan. Jika kita berada dalam konteks terlalu homogen dengan perspektif seragam, saya yakin tak banyak yang siap ketika ada hal berbeda terjadi. Kata Walter Lippmann, “When everyone thinks alike, no one thinks very much.”
Sambil menyantap makanan, kami ngobrol ngalor ngidul. Sesekali, orang-orang di sekitar kami berteriak sambil melihat TV yang terpampang di atas. Rupanya siaran langsung Footy – semacam sepakbola ngetop khas Australia, dengan bola lonjong. Di Amerika, ini mirip dengan kegilaan orang-orangnya dengan American Football atau basket NBA. Di Inggris dan Eropa, kegilaan yang sama tentang sepakbola. Saya sayangnya suka sepakbola.
Kami sesekali menoleh ke keriuhan orang-orang. Semua asyik menikmati malam. Menikmati hilangnya penat setelah seminggu bekerja keras. Kami terus ngobrol sambil tertawa, makan dan minum. Setelah ini, kami biasanya lanjut dengan bermain game. Ada banyak game disediakan gratis. Favorit kami adalah Cluedo – semacam permainan bergenre detektif. Kami ingin nikmati malam dan tak ingin malam di Tramway Pub & Restaurant ini berakhir.
Circle me @ +Made Hery Santosa
©mhsantosa (2015)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.