Saya berjalan menyusuri pertokoan di sebelah stasiun kereta di Den Haag. Menjulang tampak gereja Grote Kerk yang sering dikunjungi orang baik yang ingin berdoa atau melancong saja. Saya pernah dulu masuk ke dalam gereja ini dan melihat-lihat. Mirip dengan katedral St. Patrick atau St. Paul, di Melbourne. Tanpa disuruh, kaki saya melangkah ke dalam gereja. Ada organ pipa yang sangat agung kesannya. Berkeliling, saya mengamati satu demi satu patung-patung yang ada.
Di ujung, saya berpapasan dengan seorang pastur. Dengan ramah, saya tersenyum dan menyapa ‘Hi.’ Si pastur berhenti. Ia menatap saya dengan seksama. Sayapun sempat kebingungan.
‘Hi’ kata pastur itu. ‘Are you here for praying?’ tanyanya. Bahasa Inggrisnya logat Belanda.
Saya menggeleng. ‘No, I’m only sightseeing’.
Si pastur tersenyum. Ia mempersilahkan saya melanjutkan kegiatannya. Hal inilah yang saya sukai; kebebasan berekspresi dan mengagumi sekalipun berbeda keyakinan. Sambil berjalan, saya kembali mengamati patung-patung dan melihat-lihat tulisan. Tiba-tiba mata saya tertumbuk pada sebuah tulisan besar berukir ‘Gothic’ style. Agak susah saya membacanya. Tanpa saya duga, si pastur ramah sudah berada di samping saya lagi.
‘It’s legacy’.
‘Err, sorry?’ Saya tergagap.
‘It’s legacy’. Ulangnya lagi.
‘Oh I see, thank you’. Saya tersenyum akan kebaikannya.
‘You know, many people find it hard to read the writings here, but not this one. So, I’m interested in how you read it’. Ia menjelaskan. Giginya putih bersih. Senyumnya hangat.
‘I heard this word many times, but I don’t think I got it yet’. Saya membalas.
‘It’s not an easy word to understand or to do’. You will know one day. I’m sure of it. What I can say to you, leave only legacy. A good one. It’s good to remember’. Ia tersenyum hangat lagi.
Saya mengangguk. Ia kemudian pamit untuk menyiapkan doa yang akan datang sebentar lagi. Saya ucapkan terima kasih sambil berkata bahwa saya akan berdoa juga. Kemudian, dengan pelan saya menuju altar.
Circle me @ +Made Hery Santosa
©mhsantosa (2014)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.
One thought on “Legacy: Pesan Pastur di Gereja Grote Kerk, Den Haag”