Ketika salah satu ‘raja’ thrash metal merilis satu film 3D beberapa waktu yang lalu, banyak orang bertanya, akan seperti apa jadinya. Sulit membayangkan Metallica ‘bermain’ film. Bukan meragukan mereka, namun rasanya mereka sudah kadung terlihat bagus bermain musik saja. Hal ini juga terjadi pada diri saya. Saya cari-cari review film ini, saya baca-baca dari situs resmi mereka. Namun, semuanya masih samar. Sampai ketika film ini premier di IMAX, saya putuskan membeli tiketnya secara online karena ingin tahu seperti apa film ini. Dari YouTube, teaser yang diberikan memberi kesan ‘thriller’ dengan latar lagu-lagu pilihan mereka. Apakah tema dari lirik-lirik lagu itu relevan dengan visualisasi film? Saya harus tahu.
Pada hari pertama premier, saya berangkat dengan tram menuju IMAX. Seperti diketahui, IMAX di Melbourne adalah bioskop dengan layar terbesar ketiga di dunia. Ditambah dengan fitur 3D, pengalaman menonton di sini pasti menakjubkan. Itu sudah saya rasakan sebelumnya ketika menonton film Avatar. Tiket yang saya beli sebelumnya, sudah saya print. Memang tidak harus, karena ketika check in cukup menunjukkan kartu pembayaran yang digunakan sebelumnya. Tanpa halangan, saya sudah selesai register. Seperti menonton konser Metallica sebelumnya, banyak orang berpakaian hitam-hitam di bioskop. Rasanya fully booked. Hanya saja, tidak seperti ketika menonton konser mereka tahun 2010 lalu, perasaan saya sedikit aneh karena tidak menonton personelnya langsung melainkan melalui layar lebar.
Semua orang kemudian masuk, tertib. Tampang sangar dan baju hitam tidak berarti barbar. Analoginya mungkin mirip dengan berpakaian agamis juga belum tentu religius dan santun. Setelah mengambil kaca 3D dan masuk, saya mencari nomor kursi yang tertera di tiket. Saya mendapat tempat tepat di tengah. Layar besar berukuran 32 meter x 23 meter yang setara 6 lantai itu sudah terpampang di depan saya. Ketika akan mulai, terdapat peringatan untuk tidak merekam atau menggunakan kamera, entah dari mobile phone atau profesional, lengkap dengan denda jika tertangkap tangan.
Film yang ditunggupun mulai. Film ini bercerita tentang seorang anak muda bernama Trip yang menjadi salah satu kru konser. Ia menaiki skateboardnya menuju belakang panggung tempat ia bekerja. Perlahan, diiringi dentuman music kencang, ia menuju kursi penonton dan menikmati konser. Namun ketika sedang asyik-asyiknya menonton konser, ia ditarik oleh seseorang – sepertinya manajernya – dan diberitahu sesuatu. Ini membawa sebuah tas kulit coklat ke suatu tempat. Dari sinilah perjalanan menegangkan Trip dimulai.
Ketika sedang menyetir mobil van tua milik kru, Trip terjebak oleh sebuah kekacauan di jalan. Ia tanpa sengaja menjadi terlibat dan dikejar-kejar kawanan pengacau jalanan tersebut. Dalam setiap aksi ini, lagu-lagu Metallica terus mengiringi berfungsi sebagai latar. Dan memang disesuaikan sehingga kesan visual masuk ke makna lagu yang dinyanyikan. Lagu-lagu seperti Fuel sangat pas menggambarkan adegan pengacau melempar bom Molotov dan membakar jalanan. Aksi menghancurkan ditemani dengan lagu Search and Destroy. Adegan Trip panik dan sedih diiringi lagu Fade to Black, dan seterusnya. Yang mengesankan adalah, dengan fitur 3D, saya bisa dengan jelas melihat permainan Hetfield, petikan Hammet, betotan Trujillo, dan double pedal Ulrich. Pengalaman yang sulit didapatkan, meski menonton live sekalipun. Ketika mereka konser empat tahun lalu, saya beserta sekitar 15.000 orang lainnya memenuhi Rod Laver Arena. Karenanya, tidak mungkin saya bisa dengan jelas melihat masing-masing personil, apalagi tattoo Hetfield! 🙂
Metallica – One (Through the Never Version)
Sambil menikmati film dan suguhan lagu-lagu andalan mereka, menurut saya perjalanan Trip tampaknya tidak cukup jelas pesannya. Kisahnya Trip membawa tas tersebut tetap menjadi misteri. Bahkan sampai akhir film. Saya ingat, satu orang penonton bahkan langsung berkata di akhir film, What the f*** is happening? Loud and clear. Meski semua tertawa akan hal itu, rasanya memang benar, plot film ini kurang jelas. Tidak jelas apa isi tas tersebut dan untuk apa. Meski demikian, kesan yang saya tangkap adalah: kadang seseorang mampu melewati sesuatu yang banyak orang tidak mau/bisa lakukan, yang bahkan dianggap tidak mungkin, jika berketetapan tekad, dan penuh persistensi. Sesuai judul. Tentu saja, penonton disuguhi pengalaman menonton Metallica konser secara lebih dekat dan personal, dibantu oleh layar sangat lebar yang memiliki fitur 3D. Saya beruntung sudah pernah menonton mereka, namun saya yakin, bagi sebagian penggemar yang belum pernah melihat mereka, hal ini bisa mengobati keinginan bertemu mereka langsung.
©mhsantosa (2014)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.