Kim dikirim oleh Universitas tempat ia kuliah di Seoul untuk melakukan pertukaran pelajar ke Australia. Ia belajar bahasa Inggris untuk menunjang bidang Art yang ia tekuni saat ini di Melbourne. Di kelas, ia belajar bersama teman-teman yang menyenangkan. Ada Viktor, Cesar, Paula dari Meksiko. Ada Ivan dan Carlos dari Colombia. Ada Yui, Hanako, Azumi dari Jepang. Ada Thuy dan Joum dari Vietnam. Ada Ting, Zhi, Yang dari Cina. Ada Soner dan Emrah dari Turki. Ada Mais dari Irak dan ada Omar dan Waadha dari Saudi. Wah, beragam dan seru!
Pagi-pagi, Kim bangun menyiapkan bahan untuk membuat Topokki. Minggu lalu, gurunya bilang semua teman bisa membawa sesuatu yang khas dari negara masing-masing. Ia memutuskan membuat Topokki saja. Selain unik, Topokki juga relatif mudah untuk dibuat dan disajikan. Ia merebus bahan-bahan Topokki. Ada rice cake dan fish cake, ada sweet red chilli sauce. Ia juga menambahkan dengan beberapa telor rebus. Setelah selesai, ia kemudian bersiap untuk berangkat ke kelas.
Di mobil, ia menyetel radio. Ada berita tentang pacuan kuda yang sangat terkenal. Namanya Melbourne Cup. Semua orang tampak tergila-gila dengan lomba pacuan kuda ini. Ia dengar, pacuan ini satu-satunya di dunia. Bahkan hari itu adalah public holiday! Mulai Jumat sampai Selasa lalu, orang-orang masih seru berbicara Cup ini. Mereka yang ingin menonton, harus berpakaian resmi – ia lihat seperti gaya pakaian jaman Victoria di Inggris. Yang pria berjas resmi. Yang wanita memakai dress dan topi berumbai atau berornamen bulu burung. Pada hari puncak, semua aktivitas seperti tertuju ke Cup ini. Bahkan di sudut-sudut kecil, sweep – semacam taruhan kecil-kecilan ramai dilakukan. Semua sifatnya perayaan saja.
Sekitar 30 menit, ia sampai di language center tempat ia belajar sekarang. Hari lumayan cerah, langit tampak biru. Minggu ini adalah minggu terakhir untuk term ini, jadi ujian sudah mereka lewati. Karenanya, berbagi hal-hal khas yang dilakukan di kelas multikultur ini menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Ia sampai di kelas berbarengan dengan Waadha yang sedang menyiapkan kopi Saudi yang katanya terkenal itu. Azumi dan kawan-kawannya dari Jepang sudah menyiapkan Sushi mereka. Ada banyak lagi yang ia tidak tahu namanya. Ia langsung mengeluarkan Topokki yang ia simpan di tuppleware. Masih hangat. Ia keluarkan chopstick juga dan kawan-kawan dari Amerika Latin dan Timur Tengah mulai tertawa karena mereka selalu kesulitan memakai chopstick.
Bersama-sama, semua orang berbagi dan bercerita tentang apa yang mereka siapkan. Selain Sushi, Topokki dan kopi Saudi, ada buah kurma dari Omar dan Mais, ada Nachos dari kawan-kawan Meksiko, ada daging berbumbu dari kawan-kawan Cina dan ada jajanan manis khas Turki. Yang menarik, gurunya juga berbagi. Ia membawa permen kopi yang katanya terkenal dan berasal dari negaranya, Indonesia. Kemudian, semua orang bergantian bercerita apa rasa makanan atau minuman yang mereka cicipi. Semuanya sangat menarik, namun semua orang terkesan dengan Topokki Kim. Meski pedas di lidah kawan-kawan Amerika Latin, semua seperti ketagihan. Sayang sekali, jumlahnya tidak banyak. Kim berkata, selain untuk semua kawan, ia berterima kasih kepada gurunya yang sudah dengan hangat dan baik berinteraksi dengan semua kawan dan dirinya. Kebetulan hari itu sedang diperingati sebagai hari guru di negaranya. Dengan lantang Kim kemudian berkata, “Topokki ini untuk Anda, Guru. Selamat dan terima kasih.”
©mhsantosa (2013)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.
Wah sip ini Bli, kepingin buat fiksi dari kisah ini…kalau boleh… 🙂
Boleh boleh… Biar sekalian murni fiksi. Yang ini masih mix haha… Keep penning yaa