Burung-burung pembawa cerita di Agora
Berkicau bagai paduan suara di malam menjelang
Beradu kencang, bersahut-sahutan riang
Di empat pohon maple besar, di tiap sudut lapang
Mungkin mereka senang pulang, bercanda
Bertemu ayah ibu, kakak adik, kakek nenek, anak tersayang
Mungkin juga mereka bertengkar kecil berdendang parang
Akan hari, akan kisah yang mereka bawa sehabis terbang
Burung-burung pembawa cerita di sudut Agora
Terus bersahut-sahutan di jelang petang
Menari liar, di musim gugur daun maple hilang
Iringi kisah teman-teman penari mimpi jalang
Photo: Agora
©mhsantosa (2013)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.
Amin, terimakasih, saya doakan Kanda Hery bisa submit tahun ini, inshaallah 🙂 Terimakasih juga Retweet nya yah, you are one generous soul 🙂 . Ohya tgl 22 Agustus-1 September akan ada Melbourne Writer’s Festival, saya akan usahakan datang ke sana. Kalau Kanda masih di Melbourne pada saat itu, mungkin kita bisa jumpa 🙂
Siap Mas. Saya datang MWF tahun lalu. Semoga diberi kesempatan datang tahun ini dan kita bisa ketemu.
Salam
Juulnya sangat menarik. Kata ‘Agora’ juga muncul dalam manuscript buku saya, namun dengan makna yang sangat berbeda.
Makasi Mas Subhan 🙂
Agora disini adalah tempat ngumpul di tengah LTU. Rasanya bermakna sama dengan yang di Yunani kuno. Apa Agora di manuskrip mas berhubungan dengan yang di Yunani? Would love to hear…
Best
Terimakasih penjelasannya Kanda Herry, 🙂 Tidak, tidak sama. Agora sebenarnya tidak hanya ada di Yunani Kuno, tapi juga di Alexandria, dan tempat2 lain yang pernah berada di bawah jajahan Alexander Agung. Kebetulan setting waktu manuskrip yang sedang saya kerjakan mengambil waktu hanya beberapa tahun setelah masa kejatuhan Alexander Agung, sehingga saya harus berkenalan dengan ‘Agora’. Demikian, penjelasan sederhana dari saya, Bapak Dosen. 🙂 ♥
Haha ada-ada aja 😀
Penjelasannya mantep saudaraku penulis hebat! 🙂
Ah, belum hebat kalau bukunya belum terbit di minimal 70 negara dan masuk review ‘The Guardian’ atau ‘The New York Times’ 🙂 Mohon doanya yah, Kanda, biar saya terus semangat belajar dan mencapai hal itu. Ohya, coba tolong dicek postingan saya yang terbaru, Kanda, ada yang bilang itu mengingatkannya pada Bhagavadghita. Apa benar? Saya sudah membaca Bhagavadghita, namun tidak menemukan kesamaan. Mohon petunjuk, Bapak Dosen.. 🙂
Semoga sukses saudaraku Mas Subhan! Bisa menyerap dan/atau memberi cahaya bagi orang lain 🙂
Baru kubaca, sungguh indah percakapan antara Nasheva dan Zanaida. Mengingatkanku akan bait-bait pikir Gibran di The Prophet. Jujur saja, aku tidak mendalami sekali Bhagavadghita, tapi tulisan Mas juga mengingatkanku pada percakapan antara Krisna dan Arjuna akan kasih (juga ketegasan sebelum berperang). Please, cmiiw 🙂
Sukses Mas! 😉
Terimakasih, atas doanya, Kanda Herry, May The Light of Love perpetually shine in your heart ♥
Postingan itu sebenarnya itu percakapan antara Nasheva dengan seorang pemuda yang tinggal di ‘Zanaida’. ‘Zanaida’ adalah nama tempat fiktif yang saya buat berdasarkan tipografi Cilicia, pada abad 2 SM, yang sekarang berlokasi di Turkey modern. Masih manuscript, Mas, saya belum memastikan Zanaida sebagai nama yang akan saya pakai. Baru akan saya pastikan nanti inshaallah ketika sudah dapat feedback dari mentor dan my soul sisters saya. Mudah2an September sudah ada pencerahan, sehingga Oktober bisa mulai hunting cari Agen. Mohon doanya.
Oya, bagaimana dengan thesis Kanda? Sudah submit?
Siip. Aku suka nama-nama dan konteks yang dipakai. Begitu mystic-majestic namun seperti berlimpah kasih (my own interpretation and feeling) 🙂 Thesis semoga segera. Mas gmn? Semoga sukses selalu saudaraku…
Alhamdulillah, saya sudah submit akhir tahun lalu, sekarang sedang nunggu pengumuman, wisuda, dan nulis buat post doc. Inshaallah pulang ke Indonesia ketika visa selesai, Maret 2015. Kapan target submitnya, Kanda? Saya doakan tahun ini yah, semoga lancar, amin.. 🙂
Wah syukur Mas. Semoga lancar semua. Ya, makasi ya saudaraku. You’re a kind soul <3. Semoga.
GBU