Kalimat ini sering terdengar belakangan ini. “Hore, aku sudah punya Google Plus, kalau lo mau, kirim gmail lo, ntr gw invite.” Begitu kira-kira status beberapa orang yang sempat kulihat di berbagai jejaring sosial. Berbagai komentar bermunculan, mulai dari pertanyaan tentang “apa itu Google Plus?”, “apa bedanya ama FB/Twitter?”, atau “invite aku dong…” Banyak orang berlomba di era keterbukaan informasi ini untuk menjadi yang tercepat mencoba atau membagi sesuatu.
Sejak Google Plus (Google +; G+) diluncurkan kira-kira sebulan lalu, sampai saat ini G+ mengalami pertumbuhan yang paling pesat pada awal peluncurannya dibanding jejaring sosial lainnya. Menurut Mashable, tercatat sudah kira-kira 20 ribu pengguna G+ saat ini, padahal G+ masih dalam masa uji coba – artinya, tidak semua orang bisa langsung menggunakannya. Seseorang harus mendapatkan undangan terlebih dahulu dari orang lain/temannya yang sudah memiliki akun G+.

Ada banyak ulasan, opini, masukan, sampai kritik terhadap G+ ini. G+ memiliki fitur-fitur yang handal dan sangat menekankan pada aspek privasi – ditandai dengan fitur ‘Circle’ – yang selama ini banyak orang khawatirkan. Selain fitur Cicrle, ada juga fitur Hangout, Sparks, Mobile dan Huddle. Untuk lebih lengkapnya, bisa dilihat disini.
Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk mendapat undangan agar bisa menjajal G+. Aku sendiri kemudian mendapat undangan dari seorang teman Vietnamku. Setelah mencoba-coba, aku bisa menggunakan fitur-fitur tersebut, sekaligus mencari teman-teman yang kira-kira mempunyai minat atau bidang serupa.
Secara umum, aku bisa lihat, sesuai dengan namanya, jejaring sosial, banyak orang masih menggunakannya sebagai ‘ajang curhat’ (c.f. seperti di jejaring sosial populer lainnya). Tidak salah memang, karena itu adalah hak setiap orang untuk menggunakannya sesuai dengan keperluannya. Juga banyak yang bilang, “Sepi disini”, dan sejenisnya. Pendapatku, sesuai dengan namanya, social network, maka ‘network‘-nya harus ada, dipilih sesuai keperluan sehingga apa yang hendak di bagi/ekspresikan bisa tersampaikan. Namun, tidak sedikit juga teman-teman yang menggunakannya khusus pada fungsi di area tertentu, misal fotografi, pendidikan, atau isu/area khusus lainnya.
Banyak juga fitur-fitur, yang sebenarnya diluar platform Google, mencoba ikut berperan. Seperti group.as, yang mengelompokkan orang-orang pada kategori tertentu dan/atau mencari network sesuai area masing-masing. Atau, pemberian ‘nick‘ atau nama pada alamat URL G+. Karena alamat G+ masih berbentuk ID (berupa angka-angka) dan panjang, gplus.to memberi pengguna G+ menyingkat alamat G+ mereka namun tetap dengan embel-embel G+ (bukan dengan pemendek URL, seperti bit.ly, ow.ly, goo.gl, tinyurl, tiny.cc, atau pemendek URL versi Indonesia, pendek.in).
Uniknya, seperti games, G+ juga memiliki cheat code lho… Aku dapatkan cheat code ini dari mashable. Misal, membuat huruf tebal, cetak miring, atau untuk PM (japri) akun G+ lain. Mashable juga banyak memberi ulasan, infographic, dan opini mengenai G+ ini dan teknologi umum lainnya.

Selain hal-hal ‘serius’ diatas, banyak juga hal-hal menarik lainnya terkait dengan peluncuran G+ ini dan efeknya pada jejaring sosial lainnya, seperti facebook dan twitter. Berikut adalah kumpulan gambar atau animasi didapat dari berbagi sumber (i.e. nichewp atau G+ Blog).










dan banyak lagi… (maaf tampaknya beberapa animasi tidak otomatis jalan di platform WP ini, bisa disimpan dan dilihat dengan program pembuka gambar sehingga gambar mau bergerak). Wallpaper bertema G+ juga bisa di unduh disini.
Baru saja aku melihat satu video mengenai G+ yang rasanya lumayan ‘menggelitik’ disini (sumber PowerLibrarian). Video ini merupakan proyek teks yang dikonversi menjadi video, jadi suaranya sangat ‘kaku’, namun isinya lumayan ‘segar dan kritis’. Video ini relevan sekali dengan judul diatas. Hari ini juga ramai di Twitter beredar G+ Educator list. Jadi selain daftar yang ada di group.as di atas tadi, beberapa teman di Twitter berinisiatif membuat daftar G+ bagi para educator, meski areanya kebanyakan di Amerika. Jika tertarik, bisa mengisinya disini.
Patut kita tunggu bersama. Meski awal pertumbuhannya signifikan, belakangan ini dilaporkan Mashable, pertumbuhan penggunanya melambat. Ada juga laporan penggunanya lebih cenderung menggunakan Circle pribadi yang tidak terpantau. Yang pasti, G+ mampu memberi banyak fitur yang terintegrasi dengan fitur-fitur lain, seperti email, reader, blog, foto, dan lain-lain sehingga pengguna tidak perlu keluar dari akun Google untuk mengaksesnya. Tentu saja, penggunaan jejaring sosial apapun, harus disesuaikan dengan keperluan masing-masing dan bermanfaat. Petunjuk lengkap mengenai G+ bisa dilihat disini. Selamat mencoba. Jika ingin berteman, silahkan berkunjung ke gplus.to/mhsantosa. Cheers! 🙂