Saya sedang ada di desa untuk berkumpul keluarga dan mempersiapkan hari raya Galungan tahun ini. Bagi umat Hindu Bali, Galungan dan rangkaiannya, Kuningan, adalah salah satu dari sekian hari raya besar di Bali. Banyak persiapan yang harus dilakukan di hari ‘Kemenangan Dharma Melawan Adharma’ ini. Ya, bersembahyang memuja Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi dalam khusuk keheningan adalah cara ‘merayakan kemenangan kebaikan atas keburukan’.
Sinyal di desa saya tidaklah terlalu baik. Sehingga kadang saya tidak bisa terlalu aktif membalas pesan WA, FB, IG dan segala channel saya. Ada hal positif tentu saja, yaitu ‘Digital Detoks’, membersihkan diri sesaat menyepi dari dunia digital yang bisa jadi hiruk pikuk hehe. Sebelumnya, saya sudah menuliskannya tentang hal ini di tautan https://wp.me/p12bAn-1CB.
Nah, Galungan kali ini, selain bahagia bersama keluarga, adalah datangnya WA berisi penerimaan sahabat saya untuk studi PhD di University of California. Tau ga Universitas ini? Tempat berkelas dan joss ini (y). Saya ingin cerita sedikit tentang si penerima dan perjalanan perjuangannya.
Saya bertemu Ratih Apsari pertama kali ketika saya diundang oleh Fakultas MIPA Undiksha untuk berbagi tentang beasiswa luar negeri, pentingnya bahasa asing dalam konteks kuliah dwi bahasa di MIPA serta semacam bercerita tentang global perspective. Meski saya tahu ada banyak sekali senior atau rekan saya disana yang bahkan sudah lebih dulu atau banyak keliling dunia, saya mencoba belajar bersama dengan perspektif orang bahasa dan pendidikan. Saya kebetulan kenal baik dengan Pak Dekan dan beberapa rekan seperjuangan penerima beasiswa luar negeri disana, jadi ketika saya sampai, saya langsung menemui beliau-beliau. Setelah berbincang, saya bersama menuju ruangan kegiatan.
Disana, sudah ada beberapa rekan lain dan teman-teman mahasiswa. Di antara mereka, ada Ratih. Ia sudah tersenyum langsung menjabat tangan saya. Sepanjang kegiatan, saya berbagi, dan ia menjadi salah satu yang aktif. Setelah acarapun kami menyempatkan ngobrol seru. Dari sana, saya tahu Ratih tipe open mindset dan pejuang.
Seiring waktu, kami saling komen ria di sosmed masing-masing. Saya tahu dan mengikuti apa yang ia lakukan. Sampai suatu saat, ia mengirimkan dua dokumen penting untuk melamar dan melengkapi syarat melamar beasiswa. Yang dituju tidak main-main, salah satu beasiswa prestisius di dunia.
Selain Bali Edukasi, saya mendirikan Pejuang Beasiswa Bali sebelumnya dengan harapan besar agar lebih banyak ada SDM muda, khususnya di Bali, bisa berani melihat dan mengalami perspektif beragam global dan lokal, dengan jalur beasiswa. Meski saya Pendirinya, saat ini saya memilih tidak di sana lagi karena saya ingin perjuangannya benar-benar sejati, menumbuhkan individu-individu, rekan-rekan yang tak hanya berprestasi namun tetap bisa menunduk padi. Setiap tahun, ada saja rekomendasi yang dimintakan ke saya, dan saya berusaha memberikan yang terbaik, di sela-sela kesibukan. Memang ada yang gagal. Yang berhasil juga tidak sedikit.
Kembali ke dokumen yang dikirimkan Ratih. Ketika saya baca, saya tidak perlu banyak lagi memberi masukan. Apa yang Ratih sampaikan sebenarnya sudah sangat jelas. Saya hanya membantu sedikit. Ada beberapa kali kami bertukar revisi. Topiknya menarik, tentang STEAM (modifikasi dari STEM), dan saya yakin ini bisa sangat memberi kontribusi di bidang Matematika, sesuai yang ia dalami, dan Pendidikan secara umum. Perjalanan dari revisi dan kepastian pengumuman ini tidaklah cepat, ada proses di dalamnya. Memang demikian seharusnya, artinya, jika ingin maju, kita harus berani berproses, gagal atau sukses adalah cerita nanti. Sikap kitalah yang paling penting ketika itu terjadi.
Sampai akhirnya, Ratih menghubungi saya dengan mengirimkan surat dari Berkeley ini. Ia diterima disana! Tentu ini kebanggaan baginya. Saya pun bahagia. Saya yakin, ia jauh lebih bahagia. Tentu, ini baru perjalanan awal. Doa saya agar Ratih sukses. Harapan sederhana saya, seperti yang saya selalu sampaikan ke para sahabat pejuang sejati yang sudah lolos sebelumnya, mari menumbuhkan diri yang tidak hanya berprestasi tinggi tapi juga selalu ingat berkarakter baik rendah hati.
Selamat, Ratih! Saya tunggu cerita-ceritanya dan semoga nanti bisa menjadi perpanjangan tangan kebaikan selanjutnya. Amin.
(c) mhsantosa (2020)
Tulisan-tulisan Seri Tangan Kecil lainnya bisa dibaca di sini