Medio 2015
Saya melihat anak muda berdiri di pojokan. Ketika saya mendekat, ia menyapa saya dan mengucapkan terima kasih. Saat itu, saya agak kurang sehat karena banyak perjalanan, namun berusaha ramah mengajak ngobrol. Ia bernama Calvin. Ia cenderung pendiam namun banyak ilmu, khususnya ketika diajak berbicara topik yang digelutinya.
Medio 2016
Saya lihat Calvin sedang sibuk. Di ruangan konferensi besar ini, ia yang merupakan bagian panitia tampak bersungguh-sungguh melakukan bagian tugasnya. Saya sempatkan menyapa dan kami saling tersenyum. Ia menyatakan akan mencoba mengikuti jejak melamar beasiswa luar negeri. Saya katakan, Calvin pasti berhasil!
Medio 2017
Notifikasi email saya bunyi. Saya intip ada email masuk. Dari Calvin. Karena saat itu saya sedang ada beberapa pekerjaan, saya tunda membaca emailnya. Malam harinya, saya senang membaca karena ia mengirimkan beberapa bagian dokumen untuk melamar Fulbright, beasiswa ke negeri Paman Sam.
Seiring waktu, saya berusaha memberi masukan. Ini terjadi beberapa kali. Saya tahu sejak awal, Calvin akan berhasil. Feeling saya mengatakan ia tak pantang menyerah, plus ia berkualitas. Banyak tulisannya terbit. Saya bahkan harus banyak belajar darinya.
Tapi Calvin adalah Calvin. Yang pendiam. Yang pemalu. Saya yakinkan juga agar ia menghubungi orang-orang dan kolega lain. Dan saya yakin ia mendapatkan masukan dari orang-orang hebat lainnya.
Membaca surat lamaran atau tujuan belajar Calvin itu mudah dimengerti. Membacanya seperti membaca wawasan terbuka. Membacanya seperti rencana masa depan yang visioner.
Medio 2018
Saya masih memberi pelatihan untuk rekan guru. Ada notifikasi masuk dan saya intip lagi. Calvin mengirim email. Saya harus menunggu beberapa hari untuk bisa membalas emailnya. Padatnya agenda belakangan ini penyebabnya. Ketika saya baca emailnya, saya langsung tersenyum bangga dan bahagia, Calvin diterima kuliah PhD di negeri Paman Sam. Ia berterima kasih. Saya sendiri merasa, sayalah yang harus berterima kasih karena ia telah menjadi seorang pemberani dan penyala negeri.
Sehari sebelumnya, saya sempat melihat postingan teman yang diinfokan tentang keberhasilan menuju Amerika untuk studi dan saat itu saya sudah feeling bahwa akan ada berita seperti ini datang. Tu Indra, salah satu rekan saya di Undiksha saya hubungi dan tanyakan tentang pengumuman ini dan ia infokan sudah dapat info penerimaan namun masih menunggu alternatif Universitas lain.
Meski Calvin senang mendapat penerimaan ini, ia menyampaikan sedang dalam kondisi berduka di saat menyiapkan dirinya untuk terbang ke sebuah tempat yang bisa jadi, banyak perbedaan. Saya hanya menyampaikan, bahwa ia harus berani menempa dirinya. “Orang-orang hebat akan ditempa hal-hal sulit.”
Sekali lagi, selamat Calvin!
Circle me @ +Made Hery Santosa
©mhsantosa (2018)
I am happy to share this. Please feel free to reblog or share the link, all with my accreditation. Thank you.