
Jatuhkanlah batu-batu diatas bukit itu!
Biarkan aku menjadi penyangga runtuhmu
Berbentuk tangga engkau kemudian
Seperti cerita Ayah tentang ‘Batu Mejan’
Batu itu adalah bebatuan yang runtuh karena hujan deras
Ratusan tentara berbaris menggeser batu besar keringat peras
Tebing curam di Bedugul adalah saksi jalan-jalan berliku
Dan enceng gondok menggila di Danau Buyan tanah endapan menyiku
Kemah terpal di kaki bukit dengan garam di selokan kecil
Menahan pacet-pacet penghisap darah di pepohonan tak kerdil
Menghalangi matahari siang malam dingin membeku
Dibawah bebatuan runtuh itu perut Bumi menyapa kaku
Berjalan kaki bersepatu boot langkah tak surut
Bersama teman-teman ini tak lelah mengukir nama di gunung dan bukit tak urut
Bunga Edelweiss selalu menyapa para pendaki bertas punggung besar berbekal gulungan matras
Dan rantang aluminium dan bahan bakar parafin tanpa beras
Kisah petualang pendiri tenda Dome disamping sungai dengan perapian mengecil di malam menantang
Berteman rumput berkawan bintang ikat kepala terpentang kencang
Esok hari berjalan kembali dengan panekuk pisang sisa malam
Agar di gelap malam bertemu kunang-kunang di sudut salam
Terima kasih Mbak, tulisannya bagus.. slm kenal