Sepeda Pinjaman

Sepeda ini adalah sepeda pinjaman. Dipinjamkan oleh seorang teman, sahabat, keluarga yang sangat baik. Selama beberapa bulan ini ia menemaniku berangkat bekerja. Beberapa kisah bersama sepeda ini aku alami.

Awal aku memakai sepeda ini, aku belajar tentang memompa ban. Ya, memompa ban. Meski kedengarannya sederhana, ternyata aku belajar hal baru mengenainya. Jenis ban sepeda ini berbeda dari ban biasanya, dari ban sepedaku sebelumnya. Ia lebih tipis dan pipih. Mungkin aku saja yang tidak tahu sebelumnya. Ketika aku berusaha memompa ban, ternyata diperlukan semacam konektor agar cocok dengan pentil ban sepedaku ini. Karena aku tidak mengerti, aku coba dan otak atik sendiri. Alhasil, ban malah jadi kempes, sekempes-kempesnya. Hari itu, sepeda harus aku titip di rumah teman dan akupun bergegas naik tram mengingat hari sudah gelap. Di kemudian hari, aku harus mengganti ban dalam sepeda itu karena menjadi rusak setelah sebelumnya dicoba ini itu, berbagai cara yang kurang pas.

Hal selanjutnya yang menarik diceritakan adalah ketika aku harus memompa – lagi-lagi hal yang sama – ban sepeda itu. Karena aku belum membeli konektor pompa, aku terus pakai sepeda itu sampai benar-benar kempes dan kurang nyaman untuk dipakai. Suatu hari, tanpa sengaja aku menemukan konektor di kandang sepeda di rumah kosku. Aku kemudian berusaha mencari pompa bensin terdekat karena mereka biasanya menyediakan pompa gratis. Berputar-putar, beberapa hari aku pindah dari satu tempat ke tempat lain, belum juga aku temukan pompa yang sesuai. Meski aku sudah membawa konektor pompa kali ini. Beberapa pompa ternyata tidak cocok dengan konektor atau bahkan bukan untuk sepeda. Akhirnya, dengan coba-coba aku masuk ke sebuah toko sepeda dan bertanya apa boleh memompa sepeda. Orang yang aku tanyai tinggi besar, namun baik. Ia menyuruh membawa sepedaku ke dalam. Dan dalam sekejap kedua ban sepedaku sudah terpompa. Ia tidak meminta bayaran, namun aku merasa ia telah sangat baik dan fair, jadi aku putuskan untuk membeli konektor pompa saja sebagai ‘ganti bayar pompa’ itu. Selanjutnya, aku tetap mengayuh sepeda itu di hampir semua kegiatanku.

Baru-baru ini, sepeda itu hilang! Dua hari sebelumnya, aku pakai sepeda itu menuju tram stop terdekat, karena aku akan ke city. Setelah selesai, sore hari aku mengayuh sepeda itu ke rumahku. Seperti biasa, aku parkir di kandang sepeda yang memang disediakan bagi penghuni rumah ini. Tanpa prasangka apapun, aku tidak mengecek atau sempat turun, entah membuang sampah atau mencuci, Karena memang belum waktunya. Dua hari selanjutnya, aku ingin pergi membeli sesuatu, dan perlu memakai sepeda itu lagi. Tapi alangkah terkejutnya aku, karena sepeda itu sudah tidak ada di tempatnya. Aku langsung tahu kalau sepeda itu telah hilang, kemungkinan besar dicuri. Yang aku pikirkan adalah bahwa sepeda itu memiliki arti yang penting karena sangat membantuku, dan juga statusnya yang masih pinjaman. Aku memang tidak bisa maksimal berbuat, karena memang dalam situasi seperti ini, agak sulit tampaknya melacak sepeda itu. Aku menelpon temanku memberitahu hal ini. Setelah berbicara, mereka memaklumi. Suatu anugrah mempunyai teman baik seperti itu. Yang aku tak habis pikir, selama ini aku selalu parkir di pinggir jalan dan tidak pernah hilang, namun ini ketika diparkir di rumah dalam kandangnya, malah hilang. Atau, dari sekian banyak sepeda (yang lebih bagus) yang ada di kandang sepeda ini, kenapa sepeda ini yang diambil. Ya, aku hanya bisa belajar.

Ada baiknya sekarang lebih berhati-hati dan mawas diri.

“Minggu pagi, awan mulai berkumpul memberi gelap hari”

One thought on “Sepeda Pinjaman

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s